Jam tangan Myisha sudah menunjukkan pukul
7.15. Gadis yang mengenakan seragam putih abu-abu dan jilbab putih terburu-buru
masuk ke gerbang sekolahnya. Ia panik karena takut terlambat. Ditambah lagi
suasana sekolah yang sepi. Sampai-sampai ia tak melihat jalan. Ujung-ujungnya
dia menabrak seorang cowok yang hendak keluar foto copy tugas dari gurunya. Gara-gara tubrukan Myisha.
berlembar-lembar kertas jatuh berserakan.
“Aduh,
Farkhan sorry. Aku nggak lihat ada
kamu tadi. Maaf, maaf.” Myisha menyesali perbuatannya.
“Eh
Myisha. Nggak papa, nggak papa. Udah biasa ditabrakin orang. Hhe. Kamu kenapa
keburu-buru?” tanya Farkhan.
“Aku,
aku udah telat nih. Mana pelajaran pertama jamnya Pak Eko nih. Dia kan killer banget. Aduh, maaf banget ya.”
Farkhan
tertawa terbahak-bahak. Dia menunjukkan jam dinding sekolah yang menunjukkan
pukul 6.22. Ternyata jam tangan Myisha mati, dan berhenti di 7.15. “Aduh
Myisha, kamu gimana sih, ini masih jam setengah tujuh. Kamu sih, jadi orang
cuek banget, sampe jam tangan mati nggak diperhatiin. Gini kan jadinya.”
Farkhan lalu mengambil lembar-lembar kertas yang jatuh.
Myisha
tersipu malu. “Oh, gitu ya? Hihi, yaudah aku duluan deh ya. Sorry banget Khan.”
Lalu dia kembali berjalan santai ke sekolah. Farkhan memerhatikan langkah
Myisha yang menjauh. Ia malah senyum-senyum sendiri. Tapi itu wajar. Kelakuan
remaja yang sedang jatuh cinta. Pasti senyum-senyum sendiri melihat orang yang
disayanginya.
Farkhan
dan Myisha adalah teman satu kelas. Mereka sangat dekat untuk ukuran teman
biasa.. Farkhan memendam perasaan cinta pada Myisha. Tapi dia punya alasan
untuk tidak menyatakan perasaannya. Myisha sebenarnya juga memiliki perasaan
yang sama pada Farkhan. Tapi Myisha mengira perasaannya hanya bertepuk sebelah
tangan.
Hari
demi hari berlalu. Mendekati ujian akhir ini, mereka semakin dekat. Dari
kebiasaan sering belajar bersama. Ini membuat Farkhan semakin yakin dengan
perasaannya. Tapi tidak dengan Myisha. Dia justru dilemma.
Belum
lama ini, dia didekati dengan seorang pria. Anak dari teman orang tuanya. Pria
itu bernama Adi. Kehidupannya sudah mapan, bagaimana tidak? Dia sudah menjadi
PNS walaupun lulusan SMA. Hanya selisih tiga tahun dengan Myisha. Dan satu hal,
dia tak kalah tampan dengan Farkhan.
Adi
menyatakan perasaannya setelah pendekatannya selama tiga bulan. Walaupun dia
sudah tahu lama dengan Myisha, tapi dia baru berani setelah mendapat lampu
hijau dari orang tua Myisha. Ya orang tua Myisha memang suka dengannya.
Bagaimana tidak? Dia tampan, sopan dan kehidupannya sudah mapan. Dia menuntut
jawaban dari Myisha. Tapi Myisha belum bisa memberi jawaban. Dia tidak mau
teledor mengambil keputusan. Alasan lain adalah, dia mencintai orang lain.
“Myisha.
Aku ingin kamu tahu. Aku sudah lama mengamatimu. Aku sudah lama menjadi
baying-bayangmu. Aku hanya ingin kamu tahu. Aku juga sudah lama mencintai kamu.
Aku juga sudah bilang pada orang tua kamu. Dan mereka merestui hubungan ini.
Sekarang tinggal dari kamu Sha.”
“Maaf
mas Adi. Maaf, aku nggak bisa kalau secepat ini. Aku mengenal kamu baru tiga
bulan. Itu nggak cukup untuk aku menimbang-nimbang keputusan yang arif. Maaf
mas. Tapi buat aku cinta bukan sesuatu yang bisa datang dan pergi tiba-tiba.
Aku butuh waktu mas, maaf. Aku tidak mau mengatasnamakan “cinta” menjadi
sesuatu yang hanya untuk pelampiasan nafsu semata. Hanya untuk mengikuti trend
remaja masa kini. Nggak, nggak bisa kayak gitu. Tenang mas, semua akan indah
pada waktunya kok. Sekali lagi maaf.”
“Baik
Myisha. Aku akan menerima segala keputusan kamu. Tapi tolong, beri aku jawaban
setelah kamu selesai ujian ya. Please…kamu
mau kan?” Myisha hanya tersenyum dan mengangguk pada Adi.
Setelah
pernyataan suka dari Adi, Myisha semakin bingung dan dilemma. Ditambah ketika
Raka datang kembali ke kehidupannya. Mantan pacarnya. Well, bicara tentang Myisha yang dulu memang cukup mengerikan. Dia
sempat berpacaran dengan Raka di bangku kelas satu SMA. Backstreet, jadi orang
tuanya tidak tahu menahu soal ini.
Dia
anak yang cukup nakal waktu itu, menjadi anggota ‘genk illegal’ di sekolahnya.
Suka menjahili temannya, bahkan berkelahi dengan teman laki-laki di sekolahnya.
Bisa dibilang dia dulu cewek tomboy.
Tapi dia berubah, semenjak dia mengenal Farkhan di kelas tiga ini.
Kini,
setelah Myisha berubah. Raka datang lagi di hidupnya. Ia menyatakan perasaan
cintanya pada Myisha. “Myisha, sudah dua tahun ini aku masih memikirkan kamu.
Jujur semenjak kamu memutuskan aku waktu itu aku mencoba mencari pengganti
dirimu. Tapi nggak ada yang bisa sebaik kamu Sha. Please, terima aku lagi sebagai pengisi hati kamu.”
Hati
Myisha mencelos. Bagaimana mungkin Raka mengatakan hal seperti itu padanya.
Myisha memang masih menyayangi Raka. Tapi kini hatinya tidak hanya terisi Raka
seorang. Ada dua pria yang juga ikut ambil bagian di hatinya. Myisha semakin
dilemma.
Tiba
saat Myisha dan Farkhan mengerjakan tugas bersama. Karena sama-sama memiliki
perasaan cinta, mereka menjadi semakin canggung satu sama lain.
Farkhan
terus memandangi Myisha, tapi Myisha tidak menyadarinya. Dia terlalu sibuk
menulis laporan penelitian Fisika-nya. Dalam hati Farkhan, ia berkata, ‘Subhanallah. Tidakkah terlihat betapa
cantiknya dia? Apa aku akan berdosa bila terus memandanginya. Tapi aku tak
mampu berpaling dari wajah cantiknya. Dia terlihat begitu anggun, dengan hijab
yang melilit wajah dan lehernya. Dengan senyum lepasnya.’
Tapi
tiba-tiba Myisha memberanikan diri mengatakan semua permasalahan kegalauannya
pada Farkhan. Farkhan terkejut mendengarnya. “Apa yang harus kulakukan Khan?
Aku dihadapkan pada suatu pilihan yang sulit. Kenapa aku tidak terlahir sebagai
perempuan yang hanya punya satu pilihan?” Myisha membuyarkan lamunan Farkhan.
“ya?
Oh, emm, nggak Myisha. Kamu salah kalau kamu berkata seperti itu Myisha. hidup
adalah sebuah pilihan. Yang dipilih adalah tergantung dari jalan fikiran kita.
Kamu perempuan yang cantik Myisha, semua orang pasti akan berkata begitu. Kamu
baik juga pintar. Kamu memang hampir sempurna. Wajar bila banyak yang
menyatakan cinta padamu. Kalau kamu bertanya padaku apa yang harus kamu
lakukan, jawabannya ada pada dirimu sendiri. Kuncinya adalah, ikuti kata hatimu
tapi pikirkan dengan logika. Jangan sampai cinta menenggelamkan kamu pada
sebuah lautan dosa, Sha. Pikirkan dengan baik-baik.”
“Aku
ingin memilih, Khan. Tapi yang ingin kupilih tidak ada di pilihan ini. Aku
ingin memilih seorang pria yang bisa membuat hati ini damai dan sejuk. Tapi dia
mungkin tidak pernah merasakan hal yang sama denganku. Bagaimana aku bisa
memilih dia?”
Farkhan
penasaran, siapa yang ingin dipilih Myisha. Dia memberanikan diri bertanya,
“Kalau aku boleh bertanya, siapa dia Sha? Lelaki beruntung yang ingin kamu
pilih?”
Myisha
diam sejenak. Dia tidak menanggapi pertanyaan Farkhan secara verbal. Dia hanya
menunjukkan tangannya pada pria di depannya. Dia menunjuk Farkhan.
Hati
Farkhan mencelos. Bagaimana mungkin Myisha menunjuknya? “Maksud kamu a-a-aku?”
Farkhan masih ternganga. Tapi dia justru tertawa, “Hhaha, kamu aneh Sha.
Seharusnya kamu tahu, kalau pria yang kamu maksud adalah aku, maka pria itu
juga merasakan hal yang sama padamu.”
Myisha
tampak kaget. Farkhan melanjutkan kalimatnya, “Kamu bebas memilih siapapun Sha.
Bahkan kalaupun kamu mau memilih aku, itu hakmu. Tapi maaf Myisha, walaupun aku
juga mencintaimu, bahkan sangat mencintaimu, tapi aku tidak bisa Sha. Aku tak
ingin merusak keindahan hati kamu. Aku takut, aku nantinya justru memberi
dampak negatif pada kamu. Mana mungkin aku merusak orang yang sudah menjadi
lebih baik. Sama saja aku mencelupkan bayi yang baru lahir ke sungai. Lagipula
kamu harus tahu Sha. Kita masih harus memikirkan sekolah. Buat aku pendidikan
harus diutamakan. Aku memang pernah merasakan jatuh cinta, padamu Sha. Tapi aku
tidak mau kamu terganggu karena perasaanku. Maaf Sha.”
Sore
itu semuanya terungkapkan. Semua perasaan Farkhan pada Myisha, begitu juga sebaliknya.
Kini Myisha menyadari satu hal. Dia sudah memutuskan jawabannya sekarang.
Hanya
ada satu jawaban yang masuk akal bagi Myisha. Dia tidak akan memilih satu dari
ketiganya …
(02082012)
No comments:
Post a Comment