Wednesday 27 April 2011

My second nephew

 


Nama lengkap   : Ririh Wineko Rasyid
Nama Ayah         : Daud Isbandi
Nama Ibu            : Inna Shobariyah
Alamat                 : Tampungan, Rt/ Rw: 02/32, Sendangtirto, Berbah, Sleman
TTL                         : Yogyakarta, 23 Februari 2010

 Foto Ririh di ultah pertamanya
      Foto ririh bersama ayah bundanya :D   

          Ririh ini suka sekali melihat acara sepak bola di televise. Ketika ayahnya sedang menonton bola, ia pun juga ikut memperhatikan dengan seksama. Apabila ayahnya berteriak “gol”, ririhpun ikut heboh, ia lalu berdiri dan mengangkat tangannya.
      Ia juga suka mendengar berbagai macam musik. Kalau mendengar lagu ia lalu menggoyangkan badannya, dan bertepuk tangan. Kalau melihat alat musik ia lalu bergaya seperti bisa memainkannya. Seperti piano, yang selalu ia tekan hingga menimbulkan suara.

Sunday 24 April 2011

My first nephew



Nama Lengkap  : Nolo Wikan Tiyoso
Nama Ayah        : Sunaryadi
Nama Ibu           : Ani Susanti
Alamat                : Karangasem, Rt/ Rw: 05/ 25, Sendangtirto, Berbah, Sleman
TTL                    : Yogyakarta, 05 Oktober 2007
Hobi                   : Bermain mobil, menyanyi, memancing
Sekolah              : Fastrack
Cita-cita              : Polisi
foto Wikan

Foto wikan bersama orang tua :D

                Wikan ini adalah anak yang suka sekali bermain mobil-mobilan. Bahkan koleksi mobil mainannya saja banyak sekali. Anak yang berusia 3 tahun 6 bulan ini bersekolah di Fastrack. Ketika orang tuanya mengantar atau menjemputnya dengan mobil, ia selalu minta duduk di kursi sopir, dan bergaya seperti layaknya sedang menyetir mobil.
                Selain itu, anak ini juga suka menyanyi. Kalau ada orang yang menyanyi ia pasti memperhatikan dengan seksama. Setelah selesai menyanyi, ia lalu menirukannya. Walaupun pengucapannya kadang berbeda.

Perjalanan Ke Singapura dan Malaysia




                Senin 18 April 2011, kami terbang bersama Air Asia menuju Bandara Changi di Singapura. Tepat pukul 08.15 pesawat kami take off.  Dan ternyata terdapat perbedaan waktu antara DIY dengan Singapura, yaitu di Singapura satu jam lebih awal, jadi perjalanan menjadi terasa lebih lama. Perjalanan ini memakan waktu 2 jam lebih 20 menit, tapi sampai di Changi Airport waktu telah menunjukkan pukul 11.35.
Ketika anda pergi ke luar negeri, dan anda memiliki nama berbau islami dan memiliki jenggot, anda harus berhati-hati dan waspada. Kemungkinan di bandara anda akan ditarik oleh petugas imigrasi untuk diintrogasi. Karena anda akan disangka teroris! Jadi anda harus tetap bersikap biasa dan jangan gugup, kalau salah bicara bisa-bisa anda justru akan dimasukkan ke penjara karena disangka teroris.
Di Singapura ini suasananya sangat berbeda jauh dengan Jakarta atau kota-kota besar lainnya. Kota ini sangat bersih, sama sekali tidak ada sampah tergeletak sedikitpun. Semuanya tertata sangat rapi. Jika anda dengan sengaja atau tidak membuang sampah sembarangan, maka anda akan di denda oleh pemerintahnnya berjuta-juta dollar. Bayangkan saja, padahal S$ 1 sama dengan Rp 7000, 00. Jadi tinggal dikalikan saja dengan rupiah, banyak bukan? Di sepanjang trotoar jalan tidak terdapat pedagang kaki lima satu pun, berbeda dengan di Indonesia. Yang ada hanya etalase tempat minuman kaleng yang dijual umum. Dan cara membelinya tidak seperti membeli minuman di took kelontong, anda hanya perlu memasukkan uang koin S$ 1 kemudian pilih minuman yang diinginkan, dan kaleng minumannya akan keluar. Ada lagi perbedaan yang signifikan dengan ibukota Negara kita, yaitu kemacetan. Di Singpura ini tidak pernah ada yang namanya macet. Pemandu saya, Kelvin berkata bahwa di Negara ini, orang yang memiliki mobil hanya diperbolehkan maksimal sampai 5 tahun, setelah lebih dari itu, maka mobil tersebut tidak boleh digunakan lagi. Jadi di sini tidak ada yang namanya mobil lama, semua yang saya temui adalah mobil versi terbaru.
Setelah dari bandara kami berniat untuk pergi ke tempat rekreasi di Sentosa Island. Tapi sebelumnya kami makan siang di Food Republic, Vivo City. Suasana di food court ini seperti di China. Bentuknya seperti melingkar, di tengahnya adalah tempat pejual makanan, kemudian di depan depan para penjual ini terdapat meja kursi untuk makan. Di sini terdapat 2 jenis makanan, yaitu makanan China dan India. Karena kami tidak diperbolehkan makan babi,jadi kita harus berhati-hati dalam memilih makanan. Dan porsi makan di sini bagaikan porsi pekerja bangunan, kira-kira 2 kali porsi penjual bakso di Yogyakarta. Jadi, setelah makan di sini perut akan terasa kenyang sekali.
Nah, inilah saatnya kami menuju Sentosa Island. Kami tidak menyewa travel, atau naik nis, atau bahkan jalan kaki. Tapi kami menaiki Monorel untuk menuju ke Sensosa Islan dari Vivo City ini. Tiketnya bisa dibeli dari Mall besar ini, yaitu S$3 untuk setiap orangnya. Menurut pengetahuan saya, monorel ini adalah kendaraan yang berjalan dengan menggunakan sinar inframerah. Di jalurnya terdapat garis putih. Sinar inframerah yang terdapat pada mesin itu akan mendeteksi adanya garis putih yang sudah diatur jalurnya.
Di Sentosa Island ini terdapat berbagai wahana, yaitu ada The Merlion, Images of Singapore, Tiger Sky Tower, Butterfly Park, Insect Kingdom, Sentosa 4D Magix, Siloso Point, Songs of the sea, dan masih banyak lagi. Anda perlu membayar S$ 70 jika ingin membeli tiket untuk seluruh wahana di sini, atau anda juga bisa membeli tiketnya di setiap wahana, dan harganya di sesuaikan dengan wahana yang ingin dikunjungi.
Tujuan pertama di Sentosa Island adalah Tiger Sky Tower. Yang kita lakukan pertama adalah membeli tiket seharga S$ 10, lalu masuk ke gondola. Setelah penuh dengan pengunjung, maka gondola akan naik. Jadi Tiger Tower itu seperti tiang setinggi 131m, dan terdapat cincin yang disebut gondola yang bisa naik turun dan berputar, jadi pengunjung yang naik ke gondola ini, ketika sampai di atas akan bisa melihat pemandangan yang indah dari atas sini. Pemandangan yang terlihat banyak sekali, ada patung merlion, pantai, kereta gantung, dan masih banyak lagi.
Kemudian kami pergi ke Siloso Beach. Nah, kendaraan yang kami tumpangi adalah bus yang khusus mengantar pengunjung ke tempat-tempat yang ada di Sentosa Island. Ada 3 jalur yangdilewati bus-bus ini. Yaitu Red line, Yellow line, dan blue line. Saat anda ingin pergi ke salah satu wahana di sini, anda harus memiliki peta Sentosa Island, kalau tidak, siap-siap saja anda untuk tersesat. Untuk ke Siloso Beach ini, kami menaiki The Red Line. Pemandangan di Pantai Siloso ini sangatlah indah, di tengah lautnya banyak sekali kapal-kapal perdagangan dari luar negeri. Jadi, setiap ada barang eksport dari Negara mana saja harus melewati laut ini. Pasir pantai di sini putih bersih, tidak ada sampah berserakan. Kalau dibandingkan dengan Indonesia ya hamper sama seperti Pantai Kuta di Bali, hanya saja di sini tidak seramai di Pantai Kuta, karena ombaknya tidak terlalu besar dan tidak bias digunakan untuk surfing. Tapi, pengunjung di sini lebih suka bermain volley, dan ada juga yang bermain sepak bola pantai.
Waktu telah menunjukkan pukul 06.45, dan sekarang waktunya kami pergi menuju ke Songs of the Sea. Karena kalau jalan kaki membutuhkan waktu lama, jadi kita menaiki Tram, bentuknya seperti kereta, tapi bermesin seperti mobil, dan bergandeng. Setelah sampai ditempat tujuankami langsung menuju tempat duduk di depan, dan menunggu acara mulai. Dan ternyata acara tersebut mulai pukul 08.30. Jadi Songs of the Sea ini kalau di Yogyakarta seperti Wayang Wong. Ceritanya dimulai dari ada sekumoulan anak-anak yang menyanyi di pinggir pantai, kemudian dari beberapa anak itu ada yang bernama Lee, suaranya sangat merdu sekali, dan saat ia menyanyi ia bisa membuat sesuatu yang magis! Dari menyelamatkan Princess Ami, Gods of Fire, Spirit of the Sea, Queen of Disappear, dan lebih hebatnya lagi, yang digunakan sebagai sorotan dari gambar-gambarnya adalah air mancur yang berasal dari air laut. Pokoknya tidak rugi anda membayar S$ 10 untuk pemandangan seperti ini. Kemudian, tujuan terakhir kami adalah Hotel untuk beristirahat.
 Hari berikutnya, Selasa 19 April 2011. Pada hari ini kami berniat untuk pergi ke Merlion Park. Untuk menuju ke tempat ini, kami mneggunakan kendaraan yang bernama MRT, yaitu kendaraan umum yang dibangun di bawah tanah dan aksesnya bisa langsung ke mall-mall besar. Agar bisa menaiki ini kita perlu membeli tiket. Di stasiunnya akan tersedia mesin yang secara otomatis bisa mengeluarkan karu yang digunakan agar kita bisa masuk ke stasiunnya. Harganya disesuaikan dengan jarak yang akan anda tempuh. Bila harga tiker sebesar S$ 2 misalnya, dan anda hanya memasukkan uang S$ 5, maka uang kembalian anda akan keluar S$ 3 bersama dengan tiketnya. Hebat bukan?
Di Merlion Park, sedikit mengecewakan memang, patung Singa yang dibangun di pinggir Sungai Singapura ini sedang direnovasi, sehingga kami tidak bisa mengambil gambarnya, yang ada di sini hanyalah miniatur patung singa setinggi orang dewasa. Tapi tak apalah, kami masih bisa menyusuri Sungai Singapura dengan kereta yang telah disediakan. Indah sekali pemandangan di sekeliling sungai, banyak gedung tinggi, jembatan, dan ada pula tempat makan yang dekornya seperti di China, banyak lampion yang  dipasang.Mustafa, adalah tujuan kami berikutnya. Ini adalah supermarket pusat oleh-oleh di Singapura. Dan tempat ini memiliki luas 6 x lebih besar disbanding Ambarukma Plaza Yogyakarta. Hebat bukan? Dan untuk hari ini, kami hanya pergi ke 2 tempat itu, lalu malamnya kami pergi terbang menuju Malaysia.
Rabu 20 April 2011, di Malaysia, tujuan utama adalah ke Menara Petronas. Tapi, pertama-tama kami menuju ke Istana Merdeka Malaysia dulu. Tapi kita hanya diperbolehkan mengambil gambar dari luar. Dan di gerbangnya terdapat 2 macam penjaga. Yang pertama, berpakaian seperti orang Inggris, tapi menaiki kuda. Yang satunya lagi orang yang berpakaian adat Malaysia, dan berdiri di sebelah gerbang. Total penjaganya ada 4 orang, karena masing-masing ada di sebelahkanan gerbang, dan ada pula di sebelah kiri gerbang. Dan para penjaga itu tidak diperbolehkan untuk berinteraksi dengan pengunjung, jadi mereka selalu diam dan tidak bergerak hingga waktunya selesai berjaga.
Kemudian kami menuju ke Menara Kuala Lumpur, yang memiliki ketinggina 421 m. menara ini adalah menara tertinggi ke-6 sedunia. Dari lantai menara paling atas ini, kita dapat melihat pemandangan yang ada di Kuala Lumpur. Dan menara ini juga digunakan untuk telekomunikasi, karena di atas menara ini terdapat antena untuk telekomunikasi.
Untuk membeli oleh-oleh kami pergi ke Pasar Seni. Banyak barang-barang yang dijual di sini, seperti kaos, gantungan kunci, topi, dll. Dan di sini kita juga harus bisa menawar, karena penjual di sini biasanya juga menaikkan harga untuk para tourists. Tapi, bila anda ingin membeli makanan untuk oleh-oleh ya sedikit susah sih. Karena makanan yang ada di Malaysia ya banyak yang sama sih dengan di Negara kita. Ya tempat ini seperti Malioboro-nya Yogyakarta.tapi bedanya, di Pasar Seni adalah area bebas rokok, jadi yang merokok di sini akan dikenakan densa RM 10.000 atau bila di rupiahkan sebesar Rp 30.000.000, 00! Jadi bagi anda yang perokok, jangan sekali-seklai merokok di area Pasar Seni ini. Selain Pasar Seni, kami juga membeli oleh-oleh  di Butik Chocolate. Di toko ini terdapat berbagai macam coklat, ada coklat hitam pahit, coklat almond tiramisu, coklat strawberry, dsb. Dan kita juga bisa mencicipinya lho! Gratis pula! Dan harganya juga terjangkau.
Inilah saatnya ke tujuan utamanya, Menara Petronas atau biasa disebut The Twin Towers. Yaitu menara pencakar langit yang dibangun kembar di Kuala Lumpur, Malaysia. Menara ini setinggi 452 m atau 1483 kaki, jika diukur hingga puncak paling atas. Dan terdapat 88 lantai. Di antara kedua menara ini di bangun sebuah jembatan atau Skybridge yang menghubungkan dua menara ini padalantai 41dan 42. Gedung ini juga dibangun agar bisa tahan apabila diterpa dengan kecepatan angin 160 km/jam. Tapi dalam sejarah, kecepatan angin terbesar yang pernah tercatat yaitu 60 km/jam. Di dalam gedung ini isinya ya seperti mall pada umumnya. Tapi bila dilihat dari luar sangat menakjubkan! Setelah kami mengambil gambar Menara kembar ini lalu kami kembali ke penginapan, karena esok harinya kami akan terbang untuk pulang ke Indonesia.