Tuesday 18 February 2014

Dilemma


 Jam tangan Myisha sudah menunjukkan pukul 7.15. Gadis yang mengenakan seragam putih abu-abu dan jilbab putih terburu-buru masuk ke gerbang sekolahnya. Ia panik karena takut terlambat. Ditambah lagi suasana sekolah yang sepi. Sampai-sampai ia tak melihat jalan. Ujung-ujungnya dia menabrak seorang cowok yang hendak keluar foto copy tugas dari gurunya. Gara-gara tubrukan Myisha. berlembar-lembar kertas jatuh berserakan.
“Aduh, Farkhan sorry. Aku nggak lihat ada kamu tadi. Maaf, maaf.” Myisha menyesali perbuatannya.
“Eh Myisha. Nggak papa, nggak papa. Udah biasa ditabrakin orang. Hhe. Kamu kenapa keburu-buru?” tanya Farkhan.
“Aku, aku udah telat nih. Mana pelajaran pertama jamnya Pak Eko nih. Dia kan killer banget. Aduh, maaf banget ya.”
Farkhan tertawa terbahak-bahak. Dia menunjukkan jam dinding sekolah yang menunjukkan pukul 6.22. Ternyata jam tangan Myisha mati, dan berhenti di 7.15. “Aduh Myisha, kamu gimana sih, ini masih jam setengah tujuh. Kamu sih, jadi orang cuek banget, sampe jam tangan mati nggak diperhatiin. Gini kan jadinya.” Farkhan lalu mengambil lembar-lembar kertas yang jatuh.
Myisha tersipu malu. “Oh, gitu ya? Hihi, yaudah aku duluan deh ya. Sorry banget Khan.” Lalu dia kembali berjalan santai ke sekolah. Farkhan memerhatikan langkah Myisha yang menjauh. Ia malah senyum-senyum sendiri. Tapi itu wajar. Kelakuan remaja yang sedang jatuh cinta. Pasti senyum-senyum sendiri melihat orang yang disayanginya.
Farkhan dan Myisha adalah teman satu kelas. Mereka sangat dekat untuk ukuran teman biasa.. Farkhan memendam perasaan cinta pada Myisha. Tapi dia punya alasan untuk tidak menyatakan perasaannya. Myisha sebenarnya juga memiliki perasaan yang sama pada Farkhan. Tapi Myisha mengira perasaannya hanya bertepuk sebelah tangan.
Hari demi hari berlalu. Mendekati ujian akhir ini, mereka semakin dekat. Dari kebiasaan sering belajar bersama. Ini membuat Farkhan semakin yakin dengan perasaannya. Tapi tidak dengan Myisha. Dia justru dilemma.
Belum lama ini, dia didekati dengan seorang pria. Anak dari teman orang tuanya. Pria itu bernama Adi. Kehidupannya sudah mapan, bagaimana tidak? Dia sudah menjadi PNS walaupun lulusan SMA. Hanya selisih tiga tahun dengan Myisha. Dan satu hal, dia tak kalah tampan dengan Farkhan.
Adi menyatakan perasaannya setelah pendekatannya selama tiga bulan. Walaupun dia sudah tahu lama dengan Myisha, tapi dia baru berani setelah mendapat lampu hijau dari orang tua Myisha. Ya orang tua Myisha memang suka dengannya. Bagaimana tidak? Dia tampan, sopan dan kehidupannya sudah mapan. Dia menuntut jawaban dari Myisha. Tapi Myisha belum bisa memberi jawaban. Dia tidak mau teledor mengambil keputusan. Alasan lain adalah, dia mencintai orang lain.
“Myisha. Aku ingin kamu tahu. Aku sudah lama mengamatimu. Aku sudah lama menjadi baying-bayangmu. Aku hanya ingin kamu tahu. Aku juga sudah lama mencintai kamu. Aku juga sudah bilang pada orang tua kamu. Dan mereka merestui hubungan ini. Sekarang tinggal dari kamu Sha.”
“Maaf mas Adi. Maaf, aku nggak bisa kalau secepat ini. Aku mengenal kamu baru tiga bulan. Itu nggak cukup untuk aku menimbang-nimbang keputusan yang arif. Maaf mas. Tapi buat aku cinta bukan sesuatu yang bisa datang dan pergi tiba-tiba. Aku butuh waktu mas, maaf. Aku tidak mau mengatasnamakan “cinta” menjadi sesuatu yang hanya untuk pelampiasan nafsu semata. Hanya untuk mengikuti trend remaja masa kini. Nggak, nggak bisa kayak gitu. Tenang mas, semua akan indah pada waktunya kok. Sekali lagi maaf.”
“Baik Myisha. Aku akan menerima segala keputusan kamu. Tapi tolong, beri aku jawaban setelah kamu selesai ujian ya. Please…kamu mau kan?” Myisha hanya tersenyum dan mengangguk pada Adi.
Setelah pernyataan suka dari Adi, Myisha semakin bingung dan dilemma. Ditambah ketika Raka datang kembali ke kehidupannya. Mantan pacarnya. Well, bicara tentang Myisha yang dulu memang cukup mengerikan. Dia sempat berpacaran dengan Raka di bangku kelas satu SMA. Backstreet, jadi orang tuanya tidak tahu menahu soal ini.
Dia anak yang cukup nakal waktu itu, menjadi anggota ‘genk illegal’ di sekolahnya. Suka menjahili temannya, bahkan berkelahi dengan teman laki-laki di sekolahnya. Bisa dibilang dia dulu cewek tomboy. Tapi dia berubah, semenjak dia mengenal Farkhan di kelas tiga ini.
Kini, setelah Myisha berubah. Raka datang lagi di hidupnya. Ia menyatakan perasaan cintanya pada Myisha. “Myisha, sudah dua tahun ini aku masih memikirkan kamu. Jujur semenjak kamu memutuskan aku waktu itu aku mencoba mencari pengganti dirimu. Tapi nggak ada yang bisa sebaik kamu Sha. Please, terima aku lagi sebagai pengisi hati kamu.”
Hati Myisha mencelos. Bagaimana mungkin Raka mengatakan hal seperti itu padanya. Myisha memang masih menyayangi Raka. Tapi kini hatinya tidak hanya terisi Raka seorang. Ada dua pria yang juga ikut ambil bagian di hatinya. Myisha semakin dilemma.
Tiba saat Myisha dan Farkhan mengerjakan tugas bersama. Karena sama-sama memiliki perasaan cinta, mereka menjadi semakin canggung satu sama lain.
Farkhan terus memandangi Myisha, tapi Myisha tidak menyadarinya. Dia terlalu sibuk menulis laporan penelitian Fisika-nya. Dalam hati Farkhan, ia berkata, ‘Subhanallah. Tidakkah terlihat betapa cantiknya dia? Apa aku akan berdosa bila terus memandanginya. Tapi aku tak mampu berpaling dari wajah cantiknya. Dia terlihat begitu anggun, dengan hijab yang melilit wajah dan lehernya. Dengan senyum lepasnya.’
Tapi tiba-tiba Myisha memberanikan diri mengatakan semua permasalahan kegalauannya pada Farkhan. Farkhan terkejut mendengarnya. “Apa yang harus kulakukan Khan? Aku dihadapkan pada suatu pilihan yang sulit. Kenapa aku tidak terlahir sebagai perempuan yang hanya punya satu pilihan?” Myisha membuyarkan lamunan Farkhan.
“ya? Oh, emm, nggak Myisha. Kamu salah kalau kamu berkata seperti itu Myisha. hidup adalah sebuah pilihan. Yang dipilih adalah tergantung dari jalan fikiran kita. Kamu perempuan yang cantik Myisha, semua orang pasti akan berkata begitu. Kamu baik juga pintar. Kamu memang hampir sempurna. Wajar bila banyak yang menyatakan cinta padamu. Kalau kamu bertanya padaku apa yang harus kamu lakukan, jawabannya ada pada dirimu sendiri. Kuncinya adalah, ikuti kata hatimu tapi pikirkan dengan logika. Jangan sampai cinta menenggelamkan kamu pada sebuah lautan dosa, Sha. Pikirkan dengan baik-baik.”
“Aku ingin memilih, Khan. Tapi yang ingin kupilih tidak ada di pilihan ini. Aku ingin memilih seorang pria yang bisa membuat hati ini damai dan sejuk. Tapi dia mungkin tidak pernah merasakan hal yang sama denganku. Bagaimana aku bisa memilih dia?”
Farkhan penasaran, siapa yang ingin dipilih Myisha. Dia memberanikan diri bertanya, “Kalau aku boleh bertanya, siapa dia Sha? Lelaki beruntung yang ingin kamu pilih?”
Myisha diam sejenak. Dia tidak menanggapi pertanyaan Farkhan secara verbal. Dia hanya menunjukkan tangannya pada pria di depannya. Dia menunjuk Farkhan.
Hati Farkhan mencelos. Bagaimana mungkin Myisha menunjuknya? “Maksud kamu a-a-aku?” Farkhan masih ternganga. Tapi dia justru tertawa, “Hhaha, kamu aneh Sha. Seharusnya kamu tahu, kalau pria yang kamu maksud adalah aku, maka pria itu juga merasakan hal yang sama padamu.”
Myisha tampak kaget. Farkhan melanjutkan kalimatnya, “Kamu bebas memilih siapapun Sha. Bahkan kalaupun kamu mau memilih aku, itu hakmu. Tapi maaf Myisha, walaupun aku juga mencintaimu, bahkan sangat mencintaimu, tapi aku tidak bisa Sha. Aku tak ingin merusak keindahan hati kamu. Aku takut, aku nantinya justru memberi dampak negatif pada kamu. Mana mungkin aku merusak orang yang sudah menjadi lebih baik. Sama saja aku mencelupkan bayi yang baru lahir ke sungai. Lagipula kamu harus tahu Sha. Kita masih harus memikirkan sekolah. Buat aku pendidikan harus diutamakan. Aku memang pernah merasakan jatuh cinta, padamu Sha. Tapi aku tidak mau kamu terganggu karena perasaanku. Maaf Sha.”
Sore itu semuanya terungkapkan. Semua perasaan Farkhan pada Myisha, begitu juga sebaliknya. Kini Myisha menyadari satu hal. Dia sudah memutuskan jawabannya sekarang.
Hanya ada satu jawaban yang masuk akal bagi Myisha. Dia tidak akan memilih satu dari ketiganya …


(02082012)

No comments:

Post a Comment